Minggu, 30 Januari 2011

BAB V TUGAS METODE RISET

BAB V
PENUTUP
Simpulan dan Saran
Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada 80 orang responden yang dibagi dalam 4 variabel bebas dan 1 variabel terikat dapat ditarik simpulan sebagai berkut :
1. Dari seluruh variabel bebas (budaya, sosial, pribadi dan psikologis) secara keseluruhan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian
yang akan diambil oleh konsumen dalam pembelian Mie Instan Merek Indomie.
2. Nilai korelasi yang diberikan oleh variabel budaya terhadap variabel keputusan pembelian adalah sebesar 0,466. Begitu juga dengan uji Chi Square ternyata konsumen setuju jika faktor budaya dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
3. Nilai korelasi yang diberikan oleh variabel sosial terhadap variabel keputusan pembelian adalah sebesar 0,335. Begitu juga dengan uji Chi Square ternyata konsumen setuju jika faktor sosial dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
4. Nilai korelasi yang diberikan oleh variabel pribadi terhadap variabel keputusan pembelian adalah sebesar 0,23. Begitu juga dengan uji Chi Square ternyata konsumen setuju jika faktor pribadi dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
5. Nilai korelasi yang diberikan oleh variabel psikologis terhadap variable keputusan pembelian adalah sebesar 0,35. Begitu juga dengan uji Chi Square ternyata konsumen setuju jika faktor psikologis dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka.

Saran
Dilihat dari analisa yang telah dilakukan terhadap Produk Mie Instan Indomie, maka
saran yang dapat diberikan adalah jangan pernah mengubah suatu kebudayaan terutama dalam bidang kuliner, karena setiap wilayah mempunyai perbedaan budaya setiap sajian kulinernya. Beberapa aspek penting seperti keadaan pribadi harus juga diperhatikan dengan membuat harga jual yang tidak terlalu mahal. Kemasan yang menarik bukan berarti konsumen akan termotivasi dalam membeli produk, tetapi nilai kepuasan penggunaan produk konsumsi Indomie yang harus lebih diperhatikan.

BAB IV TUGAS METODE RISET

BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
1. Uji Normalitas
Tabel 1 (menguji kenormalan data)
Hasil
Kebudayaan -0.88475836 2.5582707 0 0 Tdk Normal
Social -1.77695167 2.1052632 0 0 Tdk Normal
Pribadi -1.60966543 2.5958647 0 0 Tdk Normal
Psikologis 0.95539033 2.8157895 0 0 Tdk Normal
Kep.Pembelian 0.75464684 1.8834586 0 0 Tdk Normal
Sumber : Data kuesioner

Dari hasil output tersebut maka dapat dikatakan data untuk seluruh variabel yang ada adalah Tidak terdistribusi Normal, karena nilai Asymp. Sig adalah lebih kecil dari nilai alpha yang digunakan dan juga ada beberapa nilai rasio skewness dan rasio kurtosis yang tidak terpenuhi. Maka dari hasil normalitas ini pengujian selanjutnya harus menggunakan statistika non parametrik.
Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui pola keeratan hubungan antar variabel. Dalam hal ini penulis menggunakan korelasi spearmen, karena dari hasil pengujian kenormalan data ternyata data tidak terdistribusi normal. Untuk data tidak normal dapat dikerjakan dengan korelasi spearmen, karena termasuk kedalam korelasi non parametrik. Dimana variabel bebasnya terdiri dari x1 sebagai variabel budaya, x2 sosial, x3 pribadi dan x4 adalah psikologis. Dan variabel terikatnya adalah keputusan pembelian. Hasil pengujian korelasi dapat dilihat pada tabel 2.

2. Korelasi
Tabel 2
Arah hubungan Korelasi Dan Signifikansi Antara
Variabel Bebas Denagn Variabel Terikat
Hubungan antar variable Nilai Korelasi Arah keeratan korelasi Sig Hubungan
Y dengan X1 0,466 Cukup kuat searah 0,037 Signifikan
Y dengan X2 0,355 Cukup kuat searah 0,000 Signifikan
Y dengan X3 0,230 Sangat lemah searah 0,018 Signifikan
Y dengan X4 0,350 Cukup kuat searah 0,001 Signifikan
Dari hasil uji korelasi Spearmen pada tabel 3 tersebut ternyata seluruh hubungan yang ada antara variabel independen dengan dependen dapat berkorelasi secara signifikan. Dan diantara variabel independen yang mempunyai nilai korelasi paling tinggi adalah antara variabel Y dengan X1 atau bisa disebut antara variabel Keputusan Pembelian dengan variabel budaya dengan nilai korelasi sebesar 0.466. Sedangkan nilai korelasi terendah terjadi antara variabel Y dengan X3 atau disebut antara variabel Keputusan Pembelian dengan Pribadi. Dari uji chi square di dapat hasil untuk variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis dengan nilai Asymp.Sig sebesar 0. maka dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ke empat variabel bebas yang ada konsumen setuju dengan adanya pengaruh keempat variabel tersebut terhadap variabel keputusan pembelian. Dan satu lagi pada variable keputusan pembelian juga mempunyai nilai Asymp.Sig sebesar 0. maka dapat dikatakan bahwa konsumen setuju jika variabel keputusan pembelian di pengaruhi oleh variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis.

Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut dibawah ini:

Analisis Faktor (Factor Analysis)
Analisis Faktor (Factor Analysis) merupakan suatu teknik statistik multivariate yang digunakan untuk mengurangi (reduction) dan meringkas (summarization) semua variabel terikat dan saling berketergantungan. Hubungan ketergantungan antara satu variabel dengan yang lain yang akan diuji untuk diidentifikasikan dimensi atau faktornya.

Maholtra, menjelaskan kegunaan factor analysis adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang mendasari yang menerangkan korelasi diantara satu set variabel
2) Mengidentifikasi suatu variabel/faktor baru yang lebih kecil, menetapkan variabelvariabel yang semula berkorelasi dengan analisis multivarian/analisis regresi atau diskriminan.
3) Mengidentifikasi tidak tepat kecil variabel penting dari tidak tepat besar variabel untuk digunakan dalam analisis multivarian selanjutnya. (Maholtra, 1996:645)

Model analisis faktor dinyatakan dengan formula sebagai berikut :
Xi = Aij + Ai2F2 + Ai3F3 ……………….. + AimFm + ViUi
dimana :
Xi = Variable standar yang ke-i
Aij = Koefisien multiple regresi standar dari variabel ke-i pada common factor j
F = Common Factor
Vi = Koefisien regresi berganda standar dari variabel-i pada faktor unik-i
Ui = Faktor unik variabel-i
m = Banyaknya common factor
Faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common factor. Common
factor dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel yang diteliti., dengan
persamaaan :
Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + …………….. + WikXk
dimana :
Fi = Factor ke-i yang diestimasi
Wi = Bobot atau koefisien score factor
Xk = Banyaknya variabel X pada faktor ke k

Prosedur melakukan Analisis Faktor :
Formulate the Problem (Perumusan Masalah). terdiri dari : Mengidentifikasi sasaran / tujuan analisis faktor dan pengukuran variabel-variabel atas dasar skala Likert / interval. Construct the Correlation Matrix (Penyusunan Matrik Korelasi). Data disusun dalam matrik korelasi, proses analitik didasarkan pada korelasi matrik antara variabel-variabel yang ada. Apabila antar variabel tersebut saling berkorelasi maka analisis faktor adalah tepat untuk digunakan, dan jika korelasinya kecil maka analisis faktor tidak tepat digunakan.
Pengujian Bartlett’s test of sphericity dapat dipakai untuk menguji ketepatan model faktor. KMO berguna untuk pengukuran kelayakan sampel. Suatu metode yang tepat harus ditentukan pula. Ada dua pendekatan dasar yang digunakan dalam analisis faktor, yaitu : Principal Component Analysis (analisis komponen prinsipal) dan Common Factor Analysis / principal axis factoring (analisis common faktor) Determine the Number of Factors (Penentuan banyaknya faktor). Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya faktor antara lain meliputi :
1) A Priori Determination. Berdasarkan pengetahuan peneliti sebelumnya.
2) Determination Based on Eigenvalues. Pendekatan dengan eigenvalue lebih besar dari 1.
3) Determination Based on Scree Plot menentukan banyaknya faktor dengan plot eigenvalue.
4) Determination Based on Percentage of Variance.
5) Determination Based on split-Half Reliability. Sampel dipisah menjadi dua dan analisis .
Rotate Factors (Melakukan Rotasi terhadap Faktor). Hasil penting dari analisis faktor adalah matriks faktor, yang disebut juga factor pattern matrix (matrik pola faktor), berisi koefisien yang digunakan untuk menunjukkan variabel-variabel yang distandarisasi dalam batasan sebagai faktor. Didalam suatu matriks yang kompleks sulit menginterpretasikan suatu faktor. Oleh karena itu, melalui rotasi matriks, faktor ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana yang lebih mudah untuk diinterpretasikan, dengan harapan setiap faktor memiliki nilai non zero (tidak 0) atau signifikan. Rotasi tidak berpengaruh pada communalities dan prosentase variance total yang dijelaskan. Tetapi prosentase variance yang diperhitungkan untuk setiap faktor tidak berubah. Variance yang dijelaskan oleh faktor individual diredistribusikan melalui rotasi. Perbedaan metode rotasi akan menghasilkan identifikasi faktor yang berbeda.
Metode yang digunakan untuk rotasi adalah varimax procedure,.yang meminimalkan banyaknya variabel dengan loading tinggi pada faktor, sehingga meningkatkan kemampuan menginterpretasikan faktor-faktor yang ada.
Interpret Factors (Mengintepretasikan Faktor). Interpretasi dipercepat melalui variabelvariabel yang memiliki loading lebih besar pada faktor yang sama yang kemudian dapat diinterpretasikan dalam batasan variabel-variabel yang loadingnya tinggi.
Select Surrograte Variables (Memilih Variabel-variabel Pengganti). Memilih variabel pengganti sehingga peneliti dapat melaksanakan analisis berikutnya dan menginterpretasikan hasil dalam batasan variabel semula daripada skor faktor dengan menguji matriks faktor dan memilih setiap faktor variabel yang memiliki loading paling tinggi pada faktor tersebut.
Determine Model Fit (Menetapkan Model yang Sesuai). Langkah akhir dalam analisis faktor adalah penentuan ketepatan model. Perbedaan antara korelasi yang diamati (yang terdapat dalam input matriks korelasi) dan korelasi yang dihasilkan kembali (seperti yang diestimasikan pada matriks faktor) dapat diuji melalui model itu sendiri, yang disebut residual. Jika terdapat banyak residual yang besar, maka model faktor kurang tepat dan model perlu dipertimbangkan kembali.

Analisa Deskriptif
Penggunaan teknik analisis ini untuk mengungkapkan gambaran data secara deskriptif dengan cara menginterpretasikan hasil pengolahan lewat tabulasi frekuensi guna menyingkap kecenderungan data nominal empirik dan deskripsi data, seperti mean, median, mode, simpangan baku, variance dan skewness (kemencengan) guna mengetahui keadaan interval berdasarkan hasil penelitian lapangan. Hasil analisis deskriptif berguna untuk mendukung interpretasi terhadap hasil analisis dengan teknik lainnya.

Kamis, 13 Januari 2011

PERILAKU KONSUMEN (Segmentasi Pasar)

Pasar terdiri dari banyak pembeli, dan pembeli berbeda dalam banyak hal baik dalam motif, perilaku, maupun kebiasaan pembelian. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa pasar suatu produk tidak homogen, tetapi heterogen. Hal inilah yang mendorong perusahaan melakukan segmentasi pasar. Segmentasi merupakan pengelompokan pembeli dalam suatu pasar yang memiliki kebutuhan dan tingkah laku yang sama.

Swastha & Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai kegiatan membagi–bagi pasar/market yang bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen.

Segmentasi merupakan unsur pertama strategi. Menurut Hermawan Kartajaya dkk (2003) dalam bukunya Rethinking Marketing segmentasi berarti ‘melihat pasar secara kreatif’. Segmentasi merupakan seni mengidentifikasikan serta memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar.

Renald Kasali mengatakan bahwa segmentasi merupakan proses mengkotak-kotakkan pasar (yang heterogen) ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan kebutuhan atau kesamaan karakter yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya.

Manfaat Segmentasi

Salah satu alasan perusahaan melakukan segmentasi untuk meningkatkan efektivitas strategi pemasaran yang telah disusun, serta lebih terarah dan sumber daya perusahaan dapat digunakan secara efektif dan efisien. Segmentasi yang berorientasi pada peningkatan pemasaran akan memberikan keuntungan bagi pebisnis dan pelanggan, yaitu:
• Menyediakan keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan lebih baik
Produsen dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan yang bervariasi dengan menggunakan pola berbeda, insentif dan kegiatan promosi yang bebeda pada setiap segmen yang dituju. Contohnya perusahaan komputer Dell, yang mengelompokkan konsumennya kedalam kelompok pribadi, bisnis kecil, bisnis besar, dan organisasi pemerintah atau kemasyarakatan dan bukan berdasarkan pada lini produk yang dihasilkan. Hal tersebut terbukti mampu memberikan pelayanan dan ketersediaan produk yang lebih baik.
• Meningkatkan pendapatan
Lebih sulit bagi produsen untuk menaikkan harga pada seluruh pasar. Kecuali jika produsen mengelompokkan segmen premium yang akan menerima harga yang lebih mahal. Dengan segmentasi perusahaan mengetahui pasar mana yang berpotensi dapat meningkatkan pendapatannya lebih besar.
• Peluang untuk tumbuh
Dengan segmentasi pasar organisasi dapat menciptakan ‘niche product’ yang akan menarik konsumen lain untuk mencoba dan kemudian membeli produk tersebut.

Sekalipun tindakan segmentasi memiliki sederetan keuntungan dan manfaat, namun juga mengandung sejumlah resiko yang sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari tindakan segmentasi itu sendiri, antara lain:

1. Biaya produksi akan lebih tinggi, karena jangka waktu proses produksi lebih pendek.
2. Biaya penelitian/ riset pasar akan bertambah searah dengan banyaknya ragam dan macam segmen pasar yang ditetapkan.
3. Biaya promosi akan menjadi lebih tinggi, ketika sejumlah media tidak menyediakan diskon.
4. Kemungkinan akan menghadapi pesaing yang membidik segmen serupa.
Variabel-Variabel Segmentasi

Sebagaimana diketahui bahwa konsumen memiliki berbagai dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan segmentasi pasar. Penggunaan dasar segmentasi yang tepat dan berdaya guna akan lebih dapat menjamin keberhasilan suatu rencana strategis pemasaran. Salah satu dimensi yang dipandang memiliki peranan utama dalam menentukan segmentasi pasar adalah variabel-variabel yang terkandung dalam segmentasi itu sendiri, dan oleh sebab ituperlu dipelajari.

Dalam hubungan ini Kotler (1995) mengklasifikasikan jenis-jenis variabel segmentasi sebagai berikut:
1.Segmentasi Geografi
Segmentasi ini membagi pasar menjadi unit-unit geografi yang berbeda, seperti negara, propinsi, kabupaten, kota, wilayah, daerah atau kawasan. Jadi dengan segmentasi ini, pemasar memperoleh kepastian kemana atau dimana produk ini harus dipasarkan.
2. Segmentasi Demografi
Segmentasi ini memberikan gambaran bagi pemasar kepada siapa produk ini harus ditawarkan. Jawaban atas pertanyaan kepada siapa dapat berkonotasi pada umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, siklus kehidupan keluarga seperti anak-anak, remaja, dewasa, kawin/ belum kawin, keluarga muda dengan satu anak, keluarga dengan dua anak, keluarga yang anak-anaknya sudah bekerja dan seterusnya. Dapat pula berkonotasi pada tingkat penghasilan, pendidikan, jenis pekerjaan, pengalaman, agama dan keturunan
misalnya: Jawa, Madura, Bali, Manado, Cina dan sebagainya.
3. Segmentasi Psikografi
Pada segmentasi ini pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan:
a. Status sosial, misalnya: pemimpin masyarakat, pendidik, golongan elite, golongan menengah, golongan rendah.
b. Gaya hidup misalnya: modern, tradisional, kuno, boros, hemat, mewah dan sebagainya.
c. Kepribadian, misalnya: penggemar, pecandu atau pemerhati suatu produk.
4. Segmentasi Tingkah Laku
Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin bahwa variabel tingkah laku merupakan awal paling baik untuk membentuk segmen pasar.

Contoh Kasus Segmentasi:

SEGA, sebuah perusahaan komputer mainan memiliki visi untuk menjaga kesetiaan segmen pasarnya dengan selalu mengunggulkan teknologi terbarunya. SEGA memperluas jangkauan pasarnya dengan meningkatkan citra produknya dan membidik segmen generasi dewasa serta menawarkan permainan-permainan terbarunya pada semua tingkat segmen. Segmen pasar SEGA adalah umur 10 – 18. Ketika produk SEGA mencapai tahap kedewasaan dan menghadapi tantangan dari pesaingnya, keunggulan teknologi dan variasi permainan ditingkatkan untuk mempertahankan kesetiaan pelanggannya.

Contoh lainnya seperti Ford Company yang memproduksi mobil mustang dan ditujukan pada orang-orang muda yang menginginkan mobil sport yang tidak mahal. Tetapi ternyata mobil mustang lebih banyak dibeli oleh orang-orang yang lebih dewasa. Pada akhirnya Ford menyadari bahwa sesungguhnya segmen mobil mustang adalah bukan orang muda secara fisik tetapi muda secara psikologi.